Hamas Army |
Pemimpin adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam segala aspek
kehidupan. Karena pemimpin memiliki peranan yang sangat vital dalam
rangka untuk mencapai satu tujuan. Selain itu, seorang pemimpin juga
memiliki andil yang sangat besar bahkan utama dalam mengarahkan
pencapaian suatu tujuan melalui jalur-jalur yang diridhai oleh Allah
swt.
Dalam era yang serba kompleks dan semakin kompleks ini baik dalam segi aktivitas maupun permasalahannya, figur seorang pemimpin yang baik telah menjadi satu kelangkaan yang luar biasa. Tentunya, figur yang baik ini tidak lain adalah dilihat dari sudut pandang Islam. Karena, hanya Islamlah yang mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa menjadi pemimpin yang baik dan menjalankan kepemimpinan tersebut dengan baik. Karena setiap pemimpin akan bertanggungjawab atas kepemimpinannya kelak kepada Allah swt. Karena di dalam ajaran Islam telah disampaikan bahwa setiap diri atau setiap manusia itu pada dasarnya adalah pemimpin. Minimal, ia adalah pemimpin bagi diri sendiri untuk membawa langkah kehidupannya senantiasa berada di atas jalur yang diridhai oleh Allah swt dalam segala hal.
Beberapa penjelasan di atas menjadi salah satu alasan mengapa pemimpin dan kepemimpinan menjadi salah satu pokok bahasan yang terdapat di dalam Islam, bahkan Islam sangat memperhatikan masalah pemimpin dan atau kepemimpinan tersebut.
Pemimpin adalah kompas dan peta yang akan menunjukkan kemana kehidupan ini harus melangkah dan dibawa. Tanpa kompas dan peta, maka perjalanan hidup dapat dengan mudah tersesat. Pemimpin adalah kompas dan peta yang berkualitas tinggi, yang tidak mudah koyak atau rusak sehingga arah dan tujuannya akan tetap jelas. Pemimpin adalah kompas dan peta berkualitas tinggi yang dapat bertahan dalam berbagai perlakuan, sehingga ia dapat memberikan arah dan petunjuk yang benar, tidak membawa kepada kesesatan dan kebinasaan.
Pemimpin adalah ujung tombak dari sebuah kehidupan, jika ujung tombak itu tumpul maka kehidupan akan vakum, tidak berdaya guna, tidak efektif. Untuk itu, Islam memberikan banyak sekali petunjuk kepada manusia yang pada dasarnya adalah seorang pemimpin untuk menjalani kepemimpinannya.
Ada beberapa hal yang hendaknya terdapat atau dimiliki oleh setiap pemimpin yang akan menjalankan kepemimpinannya, sehingga kepemimpinannya dapat mencapai tujuan namun tetap dalam ridha Allah swt, bukan mencapai rujuan dengan cara yang dilaknat atau menimbulkan murka Allah swt. Berikut ini adalah beberapa hal yang dalam kacamata Islam hendaknya harus ada di dalam jiwa setiap pemimpin sehingga ia dapat membawa orang-orang yang berada di dalam kepemimpinannya menuju keselamatan di dunia dan di akhirat:
Jujur
Pemimpin adalah panutan bagi orang-orang yang berada di dalam kemimpinannya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus memiliki sifat jujur. Jujur dalam perkataan dan perbuatan, sehingga antara apa yang disampaikannya melalui lisan seiring dengan apa yang senantiasa diperbuatnya.
Orang yang tidak memiliki sifat jujur tidaklah layak menjadi seorang pemimpin, karena orang semacam ini adalah termasuk salah satu orang yang dilaknat oleh Allah swt dan Rasulullah saw. Allah swt berfirman di dalam Al Quran yang artinya:
“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (QS. Al Imran:61)
Selain itu, orang yang tidak jujur tidak berhak menjadi seorang pemimpin, karena sesungguhnya ia adalah termasuk pada golongan orang-orang munafik.
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kejujuran adalah salah satu sifat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, baik jujur kepada diri sendiri maupun jujur kepada orang lain. Kejujuran ini juga telah dicontohkan oleh pemimpin bagi seluruh umat Islam, Rasulullah saw. Sedikitpun beliau tidak pernah berdusta atau berkhianat dalam hal apapun dan kepada siapapun.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah swt dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)
Amanah
Kepemimpinan merupakan salah satu amanah yang sangat besar dan berat. Sebuah amanah yang dipenuhi dengan godaan yang sangat menggiurkan. Tidak sedikit manusia yang tergelincir karena tidak mampu melaksanakan amanah tersebut dengan baik. Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa setiap pemimpin haruslah memiliki sifat yang amanah.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisaa:58)
Seseorang yang tidak memiliki sifat amanah tidak berhak menjadi seorang pemimpin, karena ia termasuk pada golongan orang-orang munafik.
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kompeten
Kemudian, Islam juga mengajarkan bahwa tidak seluruh manusia itu dapat diangkat sebagai pemimpin suatu kaum, kelompok, organisasi atau suatu urusan tertentu. Untuk mengangkat seorang pemimpin, kita harus melihat seberapa besar kemampuan orang yang akan dipilih tersebut mengenai bidang atau pokok permasalahan yang bersangkutan. Tidak boleh memilih atau mengangkart seorang pemimpin secara sembarangan.
Kompetensi atau kemampuan dalam bidang yang dimaksudkan harus menjadi tolak ukur untuk memilih atau mengangkat seorang pemimpin. Jangan memilih orang-orang yang tidak mampu atau tidak memiliki keahlian (kemampuan) dalam bidang yang dimaksudkan untuk menjadi seorang pemimpin. Karena, bukan kepemimpinan yang nanti akan diberikannya, melainkan kehancuran karena kurang atau tidak adanya kemampuan dalam bidang yang dimaksudkan.
Rasulullah saw bersabda: “’Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran’ Sahabat bertanya, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya’” (HR. Imam Bukhari).
Inspiratif
Seorang pemimpin haruslah memiliki pemikiran-pemikiran yang membangun dan mampu memotivasi para pengikutnya. Ia harus mampu menjadi ombak bagi lautan yang tenang, menjadi api dalam kedinginan yang membeku, dan menjadi halilintar dalam keheningan yang membisu.
Seorang pemimpin harus senantiasa mampu membangun semangat para pengikutnya sehingga mereka tidak terdampar dalam kehampaan atau ketidakberdayaan.
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi para pengikutnya untuk dapat bergerak sebagaimana jalan pikirannya, tentunya jalan pikiran yang senantiasa dilandasi oleh syariat Islam, bukan jalan pikiran yang berdasarkan hawa nafsu semata. Hal ini sebagaimana telah dilakukan oleh Rasulullah saw dalam menjalankan kepemimpinannya.
“Dan orang-orang yang bersama dengan dia (Muhammad) adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka” (QS. Al-Fath:29).
Seorang pemimpin hendaknya mampu menghidupkan jiwa para pengikutnya dengan segala tindakan yang inspiratif, baik lisan, tulisan, maupun dalam perbuatan.
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)
Sabar
Salah satu hal yang pasti harus dihadapi oleh seorang pemimpin adalah permasalahan. Berbagai macam permasalahan, mulai dari permasalahan pribadi, permasalahan pengikutnya, permasalahan kepemimpinannya, dan lain-lain pasti akan mendatangi seorang pemimpin mau atau tidak mau. Seorang pemimpin dituntut untuk dapat menghadapi berbagai permasalahan tersebut dengan sikap yang sabar dan bijaksana, dan menyelesaikan masalah tersebut secepat mungkin namun bukan dengan tergesa-gesa. Itulah sebabnya, sabar menjadi salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pempimpin.
Sifat sabar itu sendiri juga memiliki kedudukan yang cukup tinggi di dalam pandangan Islam.
“…sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah:153)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr:1-3)
Kesabaran inilah yang juga menjadi salah satu modal dasar dalam menysiarkan Islam sebagaimana firman Allah swt di dalam Al Quran yang artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
Berikut ini adalah beberapa contoh keteladanan Rasulullah saw berkenaan dengan sifat sabar:
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah.” (HR. Ahmad)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan: “Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah saw, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!” Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permintaannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Rendah hati
Seorang pemimpin haruslah memiliki sifat rendah hati dan menghilangkan sifat riya’ atau sombong dari dalam jiwanya. Kepemimpinan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan tidak juga akan mendapat ridha Allah swt manakala dijalankan dengan tujuan riya’ atau sombong. Kesombongan atau sifat riya’ seorang pemimpin akan menghancurkan kepemimpinan yang tengah dibangunnya dari dalam. Boleh jadi, justru para pengikutnyalah yang akan menghancurkan kepemimpinannya karena kesombongan yang ia tampakkan.
Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw, sabdanya: “Tidak dapat masuk syurga seseorang yang dalam hatinya ada seberat timbangan seekor semut kecil dari kesombongan.” Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Sesungguhnya ada seorang lelaki yang gemar sekali kalau pakaiannya bagus dan terumpahnya bagus.” Beliau saw lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, juga mencintai keindahan. Sombong itu ialah menolak petunjuk yang hak – yakni kebenaran – serta menghinakan para manusia. (Riwayat Muslim)
Musyawarah
Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mengutamakan jalan musyawarah untuk mencari jalan keluar atas berbagai permasalahan kepemimpinan yang tengah dihadapinya, terlebih lagi jika permasalahannya menyangkut unsur-unsur yang vital. Banyak kepala tentunya akan dapat memberikan masukan atau jalan keluar yang lebih banyak ketimbang satu kepala. Musyawarah merupakan salah satu jalan yang dianjurkan dan telah mengakar dalam ajaran Islam. Untuk itu, sudah sepatutnya seorang pemimpin yang baik tidak melupakan musyawarah dalam kepemimpinanya.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
“Dan (bagi) orang – orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka” (QS; Asy-Syura :38)
Mampu berkomunikasi dengan rakyatnya
Komunikasi merupakan satu faktor vital dalam segala aspek kehidupan. Dan komunikasi juga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam sebuah kepemimpinan. Terjalinnya komunikasi yang baik antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya merupakan salah satu ciri keberhasilan sebuah kepmimpinan.
Seorang pemimpin dituntut untuk mampu membangun jalur komunikasi yang baik antara dirinya dengan para pengikutnya. Sehingga banyak masukan yang membangun yang dapat ia terima dan ia pergunakan untuk menjalankan dan memajukan kepemimpinannya, membawa kepemimpianan dan pengikutnya menuju cita-cita dan ridha Allah swt.
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (QS. Ibrahim:4)
Dalam era yang serba kompleks dan semakin kompleks ini baik dalam segi aktivitas maupun permasalahannya, figur seorang pemimpin yang baik telah menjadi satu kelangkaan yang luar biasa. Tentunya, figur yang baik ini tidak lain adalah dilihat dari sudut pandang Islam. Karena, hanya Islamlah yang mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa menjadi pemimpin yang baik dan menjalankan kepemimpinan tersebut dengan baik. Karena setiap pemimpin akan bertanggungjawab atas kepemimpinannya kelak kepada Allah swt. Karena di dalam ajaran Islam telah disampaikan bahwa setiap diri atau setiap manusia itu pada dasarnya adalah pemimpin. Minimal, ia adalah pemimpin bagi diri sendiri untuk membawa langkah kehidupannya senantiasa berada di atas jalur yang diridhai oleh Allah swt dalam segala hal.
Beberapa penjelasan di atas menjadi salah satu alasan mengapa pemimpin dan kepemimpinan menjadi salah satu pokok bahasan yang terdapat di dalam Islam, bahkan Islam sangat memperhatikan masalah pemimpin dan atau kepemimpinan tersebut.
Pemimpin adalah kompas dan peta yang akan menunjukkan kemana kehidupan ini harus melangkah dan dibawa. Tanpa kompas dan peta, maka perjalanan hidup dapat dengan mudah tersesat. Pemimpin adalah kompas dan peta yang berkualitas tinggi, yang tidak mudah koyak atau rusak sehingga arah dan tujuannya akan tetap jelas. Pemimpin adalah kompas dan peta berkualitas tinggi yang dapat bertahan dalam berbagai perlakuan, sehingga ia dapat memberikan arah dan petunjuk yang benar, tidak membawa kepada kesesatan dan kebinasaan.
Pemimpin adalah ujung tombak dari sebuah kehidupan, jika ujung tombak itu tumpul maka kehidupan akan vakum, tidak berdaya guna, tidak efektif. Untuk itu, Islam memberikan banyak sekali petunjuk kepada manusia yang pada dasarnya adalah seorang pemimpin untuk menjalani kepemimpinannya.
Ada beberapa hal yang hendaknya terdapat atau dimiliki oleh setiap pemimpin yang akan menjalankan kepemimpinannya, sehingga kepemimpinannya dapat mencapai tujuan namun tetap dalam ridha Allah swt, bukan mencapai rujuan dengan cara yang dilaknat atau menimbulkan murka Allah swt. Berikut ini adalah beberapa hal yang dalam kacamata Islam hendaknya harus ada di dalam jiwa setiap pemimpin sehingga ia dapat membawa orang-orang yang berada di dalam kepemimpinannya menuju keselamatan di dunia dan di akhirat:
Jujur
Pemimpin adalah panutan bagi orang-orang yang berada di dalam kemimpinannya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus memiliki sifat jujur. Jujur dalam perkataan dan perbuatan, sehingga antara apa yang disampaikannya melalui lisan seiring dengan apa yang senantiasa diperbuatnya.
Orang yang tidak memiliki sifat jujur tidaklah layak menjadi seorang pemimpin, karena orang semacam ini adalah termasuk salah satu orang yang dilaknat oleh Allah swt dan Rasulullah saw. Allah swt berfirman di dalam Al Quran yang artinya:
“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (QS. Al Imran:61)
Selain itu, orang yang tidak jujur tidak berhak menjadi seorang pemimpin, karena sesungguhnya ia adalah termasuk pada golongan orang-orang munafik.
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kejujuran adalah salah satu sifat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, baik jujur kepada diri sendiri maupun jujur kepada orang lain. Kejujuran ini juga telah dicontohkan oleh pemimpin bagi seluruh umat Islam, Rasulullah saw. Sedikitpun beliau tidak pernah berdusta atau berkhianat dalam hal apapun dan kepada siapapun.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah swt dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)
Amanah
Kepemimpinan merupakan salah satu amanah yang sangat besar dan berat. Sebuah amanah yang dipenuhi dengan godaan yang sangat menggiurkan. Tidak sedikit manusia yang tergelincir karena tidak mampu melaksanakan amanah tersebut dengan baik. Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa setiap pemimpin haruslah memiliki sifat yang amanah.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisaa:58)
Seseorang yang tidak memiliki sifat amanah tidak berhak menjadi seorang pemimpin, karena ia termasuk pada golongan orang-orang munafik.
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)
Kompeten
Kemudian, Islam juga mengajarkan bahwa tidak seluruh manusia itu dapat diangkat sebagai pemimpin suatu kaum, kelompok, organisasi atau suatu urusan tertentu. Untuk mengangkat seorang pemimpin, kita harus melihat seberapa besar kemampuan orang yang akan dipilih tersebut mengenai bidang atau pokok permasalahan yang bersangkutan. Tidak boleh memilih atau mengangkart seorang pemimpin secara sembarangan.
Kompetensi atau kemampuan dalam bidang yang dimaksudkan harus menjadi tolak ukur untuk memilih atau mengangkat seorang pemimpin. Jangan memilih orang-orang yang tidak mampu atau tidak memiliki keahlian (kemampuan) dalam bidang yang dimaksudkan untuk menjadi seorang pemimpin. Karena, bukan kepemimpinan yang nanti akan diberikannya, melainkan kehancuran karena kurang atau tidak adanya kemampuan dalam bidang yang dimaksudkan.
Rasulullah saw bersabda: “’Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran’ Sahabat bertanya, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya’” (HR. Imam Bukhari).
Inspiratif
Seorang pemimpin haruslah memiliki pemikiran-pemikiran yang membangun dan mampu memotivasi para pengikutnya. Ia harus mampu menjadi ombak bagi lautan yang tenang, menjadi api dalam kedinginan yang membeku, dan menjadi halilintar dalam keheningan yang membisu.
Seorang pemimpin harus senantiasa mampu membangun semangat para pengikutnya sehingga mereka tidak terdampar dalam kehampaan atau ketidakberdayaan.
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi para pengikutnya untuk dapat bergerak sebagaimana jalan pikirannya, tentunya jalan pikiran yang senantiasa dilandasi oleh syariat Islam, bukan jalan pikiran yang berdasarkan hawa nafsu semata. Hal ini sebagaimana telah dilakukan oleh Rasulullah saw dalam menjalankan kepemimpinannya.
“Dan orang-orang yang bersama dengan dia (Muhammad) adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka” (QS. Al-Fath:29).
Seorang pemimpin hendaknya mampu menghidupkan jiwa para pengikutnya dengan segala tindakan yang inspiratif, baik lisan, tulisan, maupun dalam perbuatan.
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)
Sabar
Salah satu hal yang pasti harus dihadapi oleh seorang pemimpin adalah permasalahan. Berbagai macam permasalahan, mulai dari permasalahan pribadi, permasalahan pengikutnya, permasalahan kepemimpinannya, dan lain-lain pasti akan mendatangi seorang pemimpin mau atau tidak mau. Seorang pemimpin dituntut untuk dapat menghadapi berbagai permasalahan tersebut dengan sikap yang sabar dan bijaksana, dan menyelesaikan masalah tersebut secepat mungkin namun bukan dengan tergesa-gesa. Itulah sebabnya, sabar menjadi salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pempimpin.
Sifat sabar itu sendiri juga memiliki kedudukan yang cukup tinggi di dalam pandangan Islam.
“…sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah:153)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr:1-3)
Kesabaran inilah yang juga menjadi salah satu modal dasar dalam menysiarkan Islam sebagaimana firman Allah swt di dalam Al Quran yang artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
Berikut ini adalah beberapa contoh keteladanan Rasulullah saw berkenaan dengan sifat sabar:
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah.” (HR. Ahmad)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan: “Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah saw, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!” Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permintaannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Rendah hati
Seorang pemimpin haruslah memiliki sifat rendah hati dan menghilangkan sifat riya’ atau sombong dari dalam jiwanya. Kepemimpinan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan tidak juga akan mendapat ridha Allah swt manakala dijalankan dengan tujuan riya’ atau sombong. Kesombongan atau sifat riya’ seorang pemimpin akan menghancurkan kepemimpinan yang tengah dibangunnya dari dalam. Boleh jadi, justru para pengikutnyalah yang akan menghancurkan kepemimpinannya karena kesombongan yang ia tampakkan.
Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw, sabdanya: “Tidak dapat masuk syurga seseorang yang dalam hatinya ada seberat timbangan seekor semut kecil dari kesombongan.” Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Sesungguhnya ada seorang lelaki yang gemar sekali kalau pakaiannya bagus dan terumpahnya bagus.” Beliau saw lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, juga mencintai keindahan. Sombong itu ialah menolak petunjuk yang hak – yakni kebenaran – serta menghinakan para manusia. (Riwayat Muslim)
Musyawarah
Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mengutamakan jalan musyawarah untuk mencari jalan keluar atas berbagai permasalahan kepemimpinan yang tengah dihadapinya, terlebih lagi jika permasalahannya menyangkut unsur-unsur yang vital. Banyak kepala tentunya akan dapat memberikan masukan atau jalan keluar yang lebih banyak ketimbang satu kepala. Musyawarah merupakan salah satu jalan yang dianjurkan dan telah mengakar dalam ajaran Islam. Untuk itu, sudah sepatutnya seorang pemimpin yang baik tidak melupakan musyawarah dalam kepemimpinanya.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
“Dan (bagi) orang – orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka” (QS; Asy-Syura :38)
Mampu berkomunikasi dengan rakyatnya
Komunikasi merupakan satu faktor vital dalam segala aspek kehidupan. Dan komunikasi juga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam sebuah kepemimpinan. Terjalinnya komunikasi yang baik antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya merupakan salah satu ciri keberhasilan sebuah kepmimpinan.
Seorang pemimpin dituntut untuk mampu membangun jalur komunikasi yang baik antara dirinya dengan para pengikutnya. Sehingga banyak masukan yang membangun yang dapat ia terima dan ia pergunakan untuk menjalankan dan memajukan kepemimpinannya, membawa kepemimpianan dan pengikutnya menuju cita-cita dan ridha Allah swt.
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (QS. Ibrahim:4)
dikutip dari :http://naunganislami.wordpress.com/2009/08/11/pemimpin-dalam-islam/
3 komentar
mantap artikelnya gan.. bisa buat referensi kehidupan. ca'ileeee/ kunjungi saung aku yang gak seberapa ya. http://aslilah.blogspot.com/2013/02/refleksi-10-tahun-perjalanan-barito.html
Thanks gan sudah berkunjung,,, semoga bisa menginspirasi :)
Sebaik-baik pemimpin adalah rasululloh.,,
Posting Komentar