“ Saat murid
tengah siaga, maka sang guru akan muncul..”
_Pepatah Cina
|
Meskipun aku berada
dilingkungan keluarga yang sederhana, dalam hal pelayanan terhadap anak, ayah
dan ibu merupakan costumer service
yang terbaik. Apapun hal yang baik menurut mereka maka hal itu akan diusahakan
agar kebutuhan anak terpenuhi. Dalam hal pendidikan dini,walau sedikit “galak”
ayah dan ibu senantiasa mengajarkan bahwa dalam hidup kita tidak boleh
bergantung, sesulit apapun kita berada. Kalaupun kita harus bergantung maka
Allah lah tempat bergantung. Ikhtiar seoptimal mungkin, maka kesuksesan itu
adalah keniscayaan :). Belajarlah untuk hidup sulit, sehingga engkau tidak akan
kaget ketika ALLAH menakdirkan dirimu kekurangan. Seolah-olah ketika pesan itu
disampaikan aku tengah berada di majelis taklim yang tengah membahas mengenai
makna kezuhudan dalam hidup. Inilah Tarbiyah aliyah :).
Saat berusia
6 tahun orang tuaku memasukkan aku ke pendidikan dasar di SDN 3 Gulak-Galik dan
pendidikan agama di pesantren kecil dekat kampung untuk aktivitas mengaji
dimalam hari dan subuh. Di pagi hari hingga siang hari aku berada di sekolah
formal untuk menerima pendidikan akademik dan di malam hari sehabis sholat
magrib waktunya untuk menjadi santri kecil di surau tempat mengaji. Satu atau
dua hal yang menarik dari aktivitas aku tersebut adalah sudah tertanamnya
nilai-nilai yang baik dalam aktivitas akademik dan lingkungan keislaman.
Untuk
soal akademik ayah dan ibu selalu menerapkan kedisiplin terutama dalam soal
belajar. Hal tersebut dapat terlihat, ketika sehabis pulang sekolah ibu akan
mereview kembali apa yang sudah aku lakukan disekolah dan tentunya membuat PR
jika ada. Sehingga, sehabis belajar disekolah, belajar kembali dirumah. Jika
ditanya efeknya???sangat berefek, terbukti dari kelas 1 hingga lulus SD
peringkat/rangking 1 atau 2 selalu dihadiahkan kepada ayah dan ibu tercinta di
rumah. Dan yang lebih teristimewa, untuk pertama kalinya menjadi bagian dari
peserta olimpiade matematika tingkat Bandar Lampung. Walau tidak jadi yang
terbaik tetapi memberikan kesan dan pengalaman yang berharga menghadapi
soal-soal tingkat tinggi dan berada ditengah orang-orang terbaik :).
Pada masa SD ini pula bakat ku
didunia olahraga muncul terutama sepakbola. Walau sering terhambat dengana
aturan ayah yang diberikan waktu bermain sedikit. Tetapi bukan Rizky namanya
jika tidak mencari akal untuk tetap bisa bermain bola ditengah kerasnya
disiplin orang tua. Walau hal itu sesekali kepergok bermain bola hingga sore
dan aku terkena imbasnya ” kena marah ayah”, tetapi hal tersebut tak
menghalangi aku untuk terus bermain bola. Karena hobi ini pula aku ketika itu
bercita-cita untuk menjadi pemain sepakbola dunia. Bicara soal sepakbola akan
kita bahas di topik berikutnya. Sabar ya... ^_^
Nex To...Jejak Indah di SMP
0 komentar
Posting Komentar