Selasa, 29 Januari 2013

Jejak-Jejak yang Terukir di Pendidikan Dasar..


“ Saat murid tengah siaga, maka sang guru akan muncul..”
_Pepatah Cina

Meskipun aku berada dilingkungan keluarga yang sederhana, dalam hal pelayanan terhadap anak, ayah dan ibu merupakan costumer service yang terbaik. Apapun hal yang baik menurut mereka maka hal itu akan diusahakan agar kebutuhan anak terpenuhi. Dalam hal pendidikan dini,walau sedikit “galak” ayah dan ibu senantiasa mengajarkan bahwa dalam hidup kita tidak boleh bergantung, sesulit apapun kita berada. Kalaupun kita harus bergantung maka Allah lah tempat bergantung. Ikhtiar seoptimal mungkin, maka kesuksesan itu adalah keniscayaan :). Belajarlah untuk hidup sulit, sehingga engkau tidak akan kaget ketika ALLAH menakdirkan dirimu kekurangan. Seolah-olah ketika pesan itu disampaikan aku tengah berada di majelis taklim yang tengah membahas mengenai makna kezuhudan dalam hidup. Inilah Tarbiyah aliyah :).

Saat berusia 6 tahun orang tuaku memasukkan aku ke pendidikan dasar di SDN 3 Gulak-Galik dan pendidikan agama di pesantren kecil dekat kampung untuk aktivitas mengaji dimalam hari dan subuh. Di pagi hari hingga siang hari aku berada di sekolah formal untuk menerima pendidikan akademik dan di malam hari sehabis sholat magrib waktunya untuk menjadi santri kecil di surau tempat mengaji. Satu atau dua hal yang menarik dari aktivitas aku tersebut adalah sudah tertanamnya nilai-nilai yang baik dalam aktivitas akademik dan lingkungan keislaman. 

Untuk soal akademik ayah dan ibu selalu menerapkan kedisiplin terutama dalam soal belajar. Hal tersebut dapat terlihat, ketika sehabis pulang sekolah ibu akan mereview kembali apa yang sudah aku lakukan disekolah dan tentunya membuat PR jika ada. Sehingga, sehabis belajar disekolah, belajar kembali dirumah. Jika ditanya efeknya???sangat berefek, terbukti dari kelas 1 hingga lulus SD peringkat/rangking 1 atau 2 selalu dihadiahkan kepada ayah dan ibu tercinta di rumah. Dan yang lebih teristimewa, untuk pertama kalinya menjadi bagian dari peserta olimpiade matematika tingkat Bandar Lampung. Walau tidak jadi yang terbaik tetapi memberikan kesan dan pengalaman yang berharga menghadapi soal-soal tingkat tinggi dan berada ditengah orang-orang terbaik :).

Pada masa SD ini pula bakat ku didunia olahraga muncul terutama sepakbola. Walau sering terhambat dengana aturan ayah yang diberikan waktu bermain sedikit. Tetapi bukan Rizky namanya jika tidak mencari akal untuk tetap bisa bermain bola ditengah kerasnya disiplin orang tua. Walau hal itu sesekali kepergok bermain bola hingga sore dan aku terkena imbasnya ” kena marah ayah”, tetapi hal tersebut tak menghalangi aku untuk terus bermain bola. Karena hobi ini pula aku ketika itu bercita-cita untuk menjadi pemain sepakbola dunia. Bicara soal sepakbola akan kita bahas di topik berikutnya. Sabar ya... ^_^

Nex To...Jejak Indah di SMP 

0 komentar

Posting Komentar