"IRONIA" |
Alkisah, ada sebuah negeri yang sangat aneh,
Media negeri ini menghujat habis-habisan pemerkosaan tapi setiap hari
mereka menayangkan pornografi. Padahal banyak pemerkosa mengaku
terinspirasi tayangan porno.
Media juga berhari-hari menayangkan konflik paranormal dan pelanggannya,
tapi mereka juga yang setia menghadirkan tayangan yang promosikan
paranormal. Apalagi menjelang tahun baru.
Media onlinenya lebih aneh lagi. Kalau figur yang didukung “cuma tepuk
tangan” karena menonton wayang, maka itu jadi berita besar, kalau figur
yang tidak didukung bikin sekolah sampai ratusan, jangankan berita,
foto saja tak tampak.
Konsumen media negeri ini juga tidak mau kalah. Sudah tahu kalau pemilik
media adalah para dedengkot-dedengkot politik, namun banyak dari mereka
yang menelan mentah-mentah berita politik dalam negeri. Seolah-olah
yang punya media tidak pernah punya agenda politik dalam
liputan-liputannya.
Pemimpinnya tidak kalah aneh, berpidato dengan penuh wibawa, menyuruh
menterinya fokus untuk bekerja, tapi doski malah merangkap jabatan
sampai tiga rangkap.
Stasiun televisinya juga, saat partai sang pemilik sedang hancur lebur,
tidak kita jumpai tayangannya di televisi, saat partai lain kena badai,
TV-TV seperti bikin pesta besar, kalau perlu ditambah bumbu biar gurih
beritanya.
Lembaga anti korupsinya juga aneh. Cetar membahana ketika melibas kasus
cemen kelas teri, letoy sempoyongan ketika bertemu kasusnya penguasa.
Hukumnya juga aneh. Lembaga anti korupsinya baru menangkap orang saat si
presiden beri perintah buat tangkap. Berarti dari dulu tidak bisa
tangkap karena tidak dikasih izin tangkap ya sama presiden ?! Berarti
sama aja dong Lembaga anti korupsinya kayak mesin politik.
Yang memantau lembaga anti korupsi aneh. Sudah jelas kalo lembaga anti
korupsinya diintervensi presiden dan ketahuan karena surat yang bocor,
tapi masih koar-koar kalau lembaga itu bersih dan kredibel.
Mantan menterinya ngak kalah aneh, berbulan-bulan jadi tersangka masih
asoy geboy saja keliaran. Lebih mirip cuti kerja daripada jadi
tersangka.
Pengamat politiknya aneh, lembaga anti korupsinya diintervensi oleh
istana, tapi masih menyangkal kalau konspirasi di lembaga anti korupsi
itu tidak ada. Takut dikira mendukung pendapat yang lain mungkin.
Partai politiknya aneh. Banyak tayangan sinetron aneh dan tidak
mendidik, tapi berlomba-lomba menggaet artis buat jadi caleg. Mau
dibikin seperti sinetron apa parlemennya?!
Konstituennya gak kalah aneh. Marah-marah ketika partai politik
mendukung kenaikan BBM, tapi besoknya pilih partai yang sama lagi di
kotak suara.
Si konstituen juga marah-marah ketika ada gubernur/bupatinya terlibat
korupsi, tapi manut-manut kembali ketika lembar 100 ribuan datang di
pagi pencoblosan.
Ya, kawan, itulah negeri aneh itu, negeri yang terletak jauh di ujung timur sana.
Negeri sejuta ironi, Ironisia.
*http://politik.kompasiana.com/2013/05/05/ironi-sia-557301.html
0 komentar
Posting Komentar